Termometer Laboratorium: Pengertian, Jenis, Fungsi, dan Cara Kerjanya
Anda yang terbiasa bekerja di ruangan laboratorium pasti sudah tidak asing lagi dengan peralatan-peralatan di dalamnya salah satunya ada Termometer. Alat ukur yang serba guna dan memiliki nilai fungsional. Meski demikian tak sedikit pula para pelajar atau masyarakat umum mengenali apa itu thermometer. Maka dari itu, artikel ini bisa membantu Anda untuk mempelajari Termometer Laboratorium secara jauh.
Memahami apa itu termometer beserta fungsinya, dapat menambah wawasan sekaligus membantu Anda menggunakannya dengan tepat pada fungsinya. Langsung saja simak penjelasannya di sini.
Pengertian Termometer Laboratorium
Definisi sederhananya termometer merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur temperatur maupun suhu. Bentuk termometer lab sendiri memiliki bentuk memanjang dengan disertai skala angka yang menunjukkan suhu.
Meskipun saat ini sudah banyak berbagai jenis penawaran termometer seperti inframerah atau thermometer digital laboratorium, akan tetapi penggunaan laboratorium tetap menggunakan jenis termometer konvensional.
Perlu diingat bahwa termometer lab berbeda dengan termometer lainnya semisalnya beda termometer klinis dengan termometer lab.
Di mana termometer klinis umumnya digunakan oleh profesi dokter yang mana digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia, dengan ini rentang suhu yang digunakan cukup rendah yakni antara 35 sampai 42oC.
Sementara termometer lab digunakan untuk pengukuran suhu system, bahan kimia maupun reaksi kimia, jadi rentang pengukurannya pun jauh berbeda yakni antara 0 sampai 350oC.
Jenis-jenis Termometer di Laboratorium
Ada banyak jenis termometer yang dapat Anda jumpai di lab atau laboratorium yang tentunya memiliki fungsi berbeda-beda, di antaranya sebagai berikut:
1. Thermistor
Termometer jenis Thermistor merupakan kombinasi antara termal dengan resistor. Thermistor memiliki nilai fungsi untuk mengukur perubahan hambatan listrik dan mengubahnya menjadi perubahan suhu. Oleh karenanya, Thermistor dikenal juga dengan jenis termometer elektronik.
2. Liquid-in-Glass
Jika bertanya jenis termometer mana yang sering digunakan di lab? Maka jawabannya jatuh pada Liquid-in-Glass. Termometer satu ini memiliki bentuk batang panjang dengan di bawahnya terdapat seperti bohlam perak. Warna perak ini merupakan merkuri yang bisa memuai di saat ada perubahan suhu yang meningkat dan jika mengalami penurunan suhu maka perak ini dapat menyusut.
3. Strip Bimetallic
Strip Bimetallic merupakan jenis termometer laboratorium terbuat dari dua logam lalu diikat menjadi satu. Jenis termometer ini cocok digunakan dalam melakukan penelitian perhitungan zat atau benda suhu tinggi secara akurat. Hal ini karena Strip Bimetallic memiliki nilai guna untuk mengontrol suhu.
4. Termometer Infrared
Jenis termometer laboratorium terakhir yang dapat Anda gunakan adalah termometer infrared. Umumnya, Infrared digunakan untuk mengukur suhu dari jarak jauh atau mengukur di sebatas permukaannya saja.
Infrared terdiri dari lensa yang berfokus membawa energy infrared ke detector. Kemudian detector akan mengubah infrared menjadi sinyal listrik yang akan ditampilkan dalam satuan suhu.
Di masa Covid-19, jenis termometer ini banyak digunakan untuk mengecek suhu seseorang dari jarak jauh. Nama termometer ini pun dikenal juga dengan thermogun.
Nah itulah keempat jenis termometer yang biasanya dijumpai di ruang laboratorium dan digunakan berdasarkan fungsinya.
Fungsi Termometer Lab
Dari sejumlah penjelasan di atas mengenai jenis-jenis termometer yang biasa dijumpai di lab, kita dapat menyimpulkan bahwasannya setiap jenis termometer memiliki fungsi yang berbeda-beda, tetapi dengan visi sama yakni fungsi termometer lab adalah untuk mengukur suhu atau temperatur.
Termometer laboratorium umumnya berfungsi untuk mengukur titik didih atau titik beku dalam kegiatan penelitian. Seperti yang disebutkan di atas, termometer lab ini umumnya memiliki rentang angka skala suhu yang lebih luas dibandingkan dengan termometer klinis yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia. Di mana rentang termometer lab ialah 10°C hingga 110°C.
Setiap jenis termometer lab memiliki pengaplikasian yang berbeda-beda, ada termometer yang digunakan pada zat cair raksa atau alkohol, zat gas, arus listrik, atau zat lainnya yang dibutuhkan melakukan pengukuran.
Jadi, fungsi termometer laboratorium adalah berbeda-beda tergantung jenis dan pemakaiannya. Untuk mempelajari lebih jauh Anda bisa masuk ke lab untuk mencoba menggunakannya.
Baca juga:
- Inkubator Laboratorium: Pengertian, Bagian-bagian, Fungsi dan Cara Kerjanya
- Spatula Laboratorium, Pengertian, Fungsi, Jenis dan Prinsip Kerjanya
- Tata Tertib di Laboratorium Yang Harus Ditaati Secara Umum
Cara Kerja dan Penggunaannya
Prinsip kerja termometer lab cukup sederhana di mana prinsipnya ini menggunakan sifat pemuaian zat cair. Pemuaian yang dimaksud adalah bertambahnya volume suatu zat akibat bertambahnya suhu zat.
Sederhannya prinsip kerjanya ini dipengaruhi oleh perubahan suhu dan perubahan volume dari zat atau benda yang diukur tersebut.
Adapun penjelasan cara kerja termometer secara garis besarnya ialah:
- Zat cair akan memuai apabila zat cair di dalam tendon dikenai panas atau mengalami peningkatan suhu. Zat cair akan masuk ke dalam celah pipa kapiler saat zat cair dalam tendon memuai.
- Suhu zat cair inilah akan berhenti pada celah tertentu, dari celah skala ini dapat dibaca skala suhu dari benda atau zat yang diukur tersebut.
Agar semakin jelas Anda bisa mencoba untuk menggunakan alat termometer lab tersebut, di mana cara-cara menggunakannya adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan Alat Termometer
Langkah pertama sebelum menggunakan, Anda harus memastikan kondisi alat benar-benar bersih dari zat kimia lainnya, sehingga Anda harus membersihkan alatnya terlebih dahulu.
Bersihkan alat termometer dari adanya sisa zat kimia yang menempel pada alat. Sebab, jika dibiarkan akan membuat zat yang diukur terkontaminasi dan fatalnya zat tersebut akan rusak, sederhananya hasil pengukuran menjadi tidak akurat.
2. Perhatikan Posisi Bagian Termometer
Setelah Anda membersihkan alat termometer, selanjutnya Anda dapat menggunakannya dengan posisi termometer yang tepat. Posisi termometer yang tepat adalah bagian ujung bawah termometer atau sensor dalam kondisi tidak menyentuh dasar dari wadah zat atau sampel ukur yang digunakan.
Semisalnya saat Anda melakukan pengukuran zat cair pada wadah gelas beaker, ujung bawah sensor termometer tidak menyentuh dasar dari gelas yang digunakan tersebut.
3. Tidak Memegang Termometer
Langkah terakhir yang harus Anda pastikan adalah tidak menyentuh atau memegang termometer secara langsung dengan tangan, sebaiknya gunakan alat bantu khusus ya. Hal ini karena tangan kita memiliki suhu panas, jika memegang langsung dengan tangan, pengukuran termometer dapat terpengaruh.
Alternatifnya Anda dapat menggunakan tali untuk menggantungkan termometer agar tidak dapat bersentuhan secara langsung dengan tangan kita sendiri.
Setidaknya 3 langkah itulah yang bisa Anda ikuti dalam menggunakan alat termometer dalam mengukur zat. Tiga langkah tersebut bisa Anda terapkan secara mudah.
Termometer merupakan alat ukur pengukur suhu, tidak hanya termometer klinis ada juga termometer lab yang tentunya digunakan dalam penelitian di ruang lab. Ada banyak jenis termometer yang dijumpai di lab mulai dari Termometer Infrared, Thermistor, Liquid-in-Glass, hingga Strip Bimetallic yang memiliki nilai fungsi dengan pengaplikasian yang berbeda-beda.
Meski demikian semua alat termometer laboratorium memiliki tujuan sama yakni sebagai alat ukur suhu atau temperatur zat atau benda ukur tertentu.
إرسال تعليق for "Termometer Laboratorium: Pengertian, Jenis, Fungsi, dan Cara Kerjanya"